Total Tayangan Halaman

Senin, 10 Oktober 2011

penatalaksanaan migren



Kasus :Seorang pasien wanita ( ny. X ) umur 30 tahun dating ke dokter praktek dengankeluhan nyeri kepala berdenyut unilateral yang sudah dirasakan sejak kemari. Nyerikepala disertai dengan mual, muntah dan sensitive terhadap cahaya. Ny. X seringmengalami migren setelah dia menggunakan kontrasepsi hormonal. Oleh dokter Ny.X didiagnosis migren dan mendapat resep yang berisi : bodrex migra 3x1,Bellapheen 3x1 dan triptagig 1x1.Diskusikan :1.

Definisi migren ?Migrain adalah nyeri kepala berdenyut yang kerapkali disertai mual, muntah.Penderita biasanya sensitif terhadap cahaya, suara, bahkan bau-bauan. Sakitkepala ini paling sering hanya mengenai satu sisi kepala saja, kadang-kadangberpindah ke sisi sebelahnya, tetapi dapat mengenai kedua sisi kepalasekaligus.2.

Bagaimana patofisiologi migren dikaitkan dengan serotonin ?Pembuluh darah otak dipersarafi oleh serat-serat saraf yang mengandung.substansi P (SP), neurokinin-A (NKA) dan calcitonin-gene related peptid(CGRP)

Semua ini berasal dari ganglion nervus trigeminus sesisi SP, NKA. dan CGRPmenimbulkan pelebaran pembuluh darah arteri otak. Selain ltu, rangsanganoleh serotonin (5hydroxytryptamine) pada ujung-ujung saraf perivaskularmenyebabkan rasa nyeri dan pelebaran pembuluh darah sesisi.Seperti diketahui, waktu serangan migren kadar serotonin dalam plasmameningkat. Dulu kita mengira bahwa serotoninlah yang menyebabkanpenyempitan pembuluh darah pada fase aura. Pemikiran sekarang mengatakanbahwa serotonin bekerja melalui sistem trigemino-vaskular yangmenyebabkan rasa nyeri kepala dan pelebaran pembuluh darah.3.

C. Apa gejala migren?
Gejala AwalSatu atau dua hari sebelum timbul migrain, penderita biasanya mengalamigejala awal seperti lemah, menguap berlebih, sangat menginginkan suatu jensimakanan (mislanya coklat), gampang tersinggung, dan gelisah.
Aura hanya didapati pada migrain klasik. Biasanya terjadi dalam 30 menit sebelum timbulnya migrain. Aura dapat berbentuk gangguan penglihatanseperti melihat garis yang bergelombang, cahaya terang, bintik gelap, atautidak dapat melihat benda dengan jelas. Gejala aura yang lain yaitu rasa geliatau rasa kesemutan di tangan. Sebagian penderita tidak dapat mengucapkankata-kata dengan baik, merasa kebas di tangan, pundak, atau wajah, ataumerasa lemah pada satu sisi tubuhnya, atau merasa bingung. Penderita dapatmengalami hanya satu gejala saja atau beberapa macam gejala, tetapi gejalaini tidak timbul bersamaan melainkan bergantian. Suatu gejala aura biasanyamenghilang saat nyeri kepala atau gejala aura yang lain timbul. Namunkadang-kadang gejala aura tetap bertahan pada permulaan sakit kepala.Sakit kepala dan gejala penyertaPenderita merasakan nyeri berdenyut pada satu sisi kepala, sering terasadibelakang mata. Nyeri dapat berpindah pada sisi sebelahnya pada seranganberikutnya, atau mengenai kedua belah sisi. Rasa nyeri berkisar antarasedang sampai berat. Gejala lain yang sering menyertai nyeri kepala antaralain :
a.       Kepekaan berlebihan terhadap sinar, suara, dan bau
b.      Mual dan muntah
c.       Gejala semakin berat jika beraktifitas fisik

Tanpa pengobatan, sakit kepala biasanya sembuh sendiri dalam 4 sampai 72jam.

Gejala Akhir:
Setelah nyeri kepala sembuh, penderita mungkin merasa nyeri pada ototnya,lemas, atau bahkan merasakan kegembiraan yang singkat. Gejala-gejala inimenghilang dalam 24 jam setelah hilangnya sakit kepala.4.

D. Adakah hubungan migren dengan penggunaan kontrasepsi hormonal ?
Ada, kontrasepsi hormonal biasanya berisi hormon estrogen danprogesterone. Perubahan hormone yang tidak teratur tersebut padabeberapa wanita akan menyebabkan migrain. Salah satu efek samping yangmungkin timbul pada pemakaian kontrasepsi hormonal adalah sakit kepala hebat ( migraine ). Hormon estrogen tersebut yang dapat menyebabkan ataumenimbulkan migraine.Konsumsi pil KB akan memacu turunnya estrogen secara mendadak pada saatmulainya siklus menstruasi. Hal inilah yang menerangkan mengapa pemakain pilKB akan memperparah serangan migraine. Sebagian besar penderita migraineakan mengalami perbaikan gejala pada saat menopause.5.

E. Standar Terapi Migren Dibandingkankan Vertigo, Tention Headed dan Nyeri Klaster
1.      Standar terapi migren
a.Beta bloker, misalnya propanolol
b. Penghambat Kanal Kalsium, yang mengurangi jumlah penyempitan pembuluh (konstriksi) darah
c.Antidepresan, misalnya amitriptilin, antidepresan trisiklik, yang terbukti efektif untuk mencegah timbulnya migrain.
d. Antikonvulsan
2.      Standar terapi vertigo
Obat untuk mengurangi vertigo yang ringan adalah meklizin, dimenhidrinat, perfenazin dan skopolamin. 

Skopolamin">
Skopolamin terutama berfungsi untuk mencegah motion sickness, yang terdapat dalam bentuk plester kulit dengan lama kerja selama beberapa hari. Semua obat di atas bisa menyebabkan kantuk, terutama pada usia lanjut. Skopolamin dalam bentuk plester menimbulkan efek kantuk yang paling sedikit.

3.      Standar terapi cluster
Pengobatan yang dilakukan pada pasien dengan nyeri kepala tegang otot adalah memperbaiki psikis pasien terlebih dahulu karena sebagian pasien yang mengalami penyakit ini mempunyai faktor psikis yang memicu timbulnya nyeri kepala ini. Secara farmakologi, obat yang dapat meringankan nyeri kepala ini dilakukan dengan pemberian analgetik dan dapat ditambhakan obat antidepresan. Prognosis penyakit ini baik, dan dengan penatalaksanaan yang baik lebih dari 90% pasien dapat disembuhkan.

F. Apa fungsi dari obat migren yang diberikan dokter ? dan bagaimanamekanisme kerja dari obat tersebut!a.

a.       Bodrex migra (parasetamol, propifenazon, kofein )
Fungsinya untuk obat simptomatik, dilihat dari komposisinya memiliki efekanalgesic. Kombinasi PCT & kafein menunjukkan bukti manfaat yang palingkonsisten. Menghambat COX- 2, mencegah inflamasi yang diperantai olehsyaraf disistem trigemino vaskuler dengan cara menghambat sintesaprostaglandin.b.

b.      Bellapheen (Belladona, ergotamine, fenobarbital)
Belladonna adalah campuran alami yang menghasilkan banyak efek dalamtubuh Ini mengurangi kejang dalam perut dan usus, kandung kemih, danbilier (hati) system.Belladonna juga mengurangi sekresi banyak organ,yang membantu mengontrol kondisi seperti asam lambung berlebih.
Ergotamin mempersempit pembuluh darah yang terlibat dalam sirkulasi kekepala. Ergotamin juga dapat mengubah pola aliran darah yang terlibatdalam sakit kepala vaskular, seperti migrain. Mekanisme kerja :menstimulasi maupun memblokir reseptor alfa-adrenergik danserotoninerg
Fenobarbital adalah obat tidur yang mengurangi aktivitas otak dan system syaraf. Kombinasi belladonna, Ergotamin, dan fenobarbital digunakan untukmengobati gejala-gejala menopause termasuk hot flashes, berkeringat,detak jantung meningkat, pusing, gelisah, sakit kepala, kecemasan, dankesulitan tidur.c.

c.       Tritagig (sumtriptan suksinat)
Golongan triptan termasuk sumatriptan adalah agonis reseptor serotoninmerupakan terapi dini pertama untuk pasien dengan migren sedang sampaiberat atau sebagai terapi darurat jika obat lain yang tidak spesifik. Obatini adalah agonis selektif di reseptor 5HT1b dan 5HT1d. penyembuhansakit kepala migren hasil dari :
1.Vasokontriksi dari pembuluh darah intrakanial melalui stimulasipada reseptor 5HT1b vaskuler.
2.Hambatan penghantaran sinyal nyeri di dalam batang otak melaluistimulasi reseptor 5HT1d.6.

G. Obat ² obat apa yang dapat digunakan untuk mencegah terjadinya migren?
Migraine dapat dicegah dengan obat, Obat untuk mencegah migraine mungkinsangat membantu jika sakit kepala migraine yang terjadi lebih dari 2 kalidalam satu bulan atau jika sakit kepala migraine mengganggu aktifitas ataupekerjaan anda. Beberapa contoh obat yang digunakan untuk mencegahmigraine antara lain propranolol (inderal), timolol (blocadren), divalproex(depakote) dan beberapa antidepressant / obat anti depresi).Hal lain yang dapat anda lakukan untuk mencegah migraine :

Cobalah untuk menghindari makanan-makanan atau hal-hal yang sepertinyamenjadi penyebab migraine bagi anda. Cukup istirahat dan minum cukupbanyak cairan. Cobalah untuk tenang dan kurangi stress atau tekanan dalamhidup anda

ekstrak mahkota dewa sebagai tabir surya

1.  Judul Program
Tabir Surya Ekstrak Daging Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.) sebagai Antioksidan Alami
2.  Latar Belakang Masalah
Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.) adalah  salah satu tanaman obat yang sudah dikenal dan semakin diminati masyarakat. Tanaman yang berasal dari Papua ini berkhasiat untuk mengobati luka, diabetes, kanker, lever, diabetes melitus, darah tinggi, beberapa penyakit kulit, dan berbagai penyakit lain.
Kanker adalah suatu penyakit sel dengan ciri-ciri kegagalan mekanisme pengatur multifikasi dan fungsi nomeostatis lain pada organisme multiseluler. Selain satu mekanisme yang dapat menanggulangi kemungkinan terjadinya kanker adalah melalui mekanisme antioksidan (Mueller et al, 2001; Muray, dkk, 1997; Prajatmo dkk, 1999; Setiawan, 2000).
Golongan senyawa kimia dalam tanaman yang berkaitan dengan aktifitas antikanker dan antioksidan antara lain adalah golongan alkaloid, terpenoid, polifenol, flavonoid dan juga senyawa resin (Mills et. al, 2000; Wiryowidagdo, 2000). Penelitian awal terhadap ekstrak daging buah dan kulit biji Phaleria Macrocarpa menunjukan adanya alkaloid, terpenoid, saponin dan senyawa polifenol (Lisdawati, 2002). Kenyataan tersebut memperkuat dugaan terhadap aktifitas antikanker dan antioksidan yang ada pada tanaman selain pembuktian empiris yang telah ada. Salah satu senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak metanol daging buahnya merupakan senyawa flavonoid yang berkhasiat sebagai antioksidan.
Antioksidan merupakan bahan kimia yang diperlukan tubuh untuk menetralkan radikal bebas dan mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas terhadap sel normal, protein, dan lemak. Bahan ini menstabilkan radikal bebas dengan melengkapkan kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas, dan menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas yang dapat menimbulkan tekanan oksidatif.
Peranan antioksidan sangat penting dalam menetralkan dan menghancurkan radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan sel dan juga merusak biomolekul, seperti DNA, protein, dan lipoprotein di dalam tubuh yang akhirnya dapat memicu terjadinya penyakit degeneratif, seperti kanker, jantung, artritis, katarak, diabetes dan hati (Silalahi, 2002).
 Untuk menghindari hal tersebut, dibutuhkan antioksidan tambahan dari luar atau antioksidan eksogen seperti Vitamin E, Vitamin C, komponen flavonoid, maupun obat kimiawi.
Selama ini masih banyak masyarakat yang gemar mengkonsumsi zat antioksidan yang terbuat dari bahan sintetik karena memiliki efek yang lebih cepat daripada antioksidan yang bersifat alami. Namun demikian, penggunaan obat sintetik yang berlebihan cukup mengkhawatirkan karena berpotensi menimbulkan efek samping berbahaya. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis bermaksud memberikan alternatif baru kepada masyarakat dalam penggunaan antioksidan topikal alami berupa tabir surya yang terbuat dari ekstrak daging buah mahkota dewa. Sediaan topikal ini diharapkan dapat memberikan efektivitas yang baik sebagai antioksidan karena tabir surya akan melindungi kulit dari paparan sinar UV sehingga dapat menahan frekuensi terjadinya kanker kulit.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan antara lain :
  1. Apakah ekstrak daging buah mahkota dewa dapat dibuat tabir surya?
  2. Berapa konsentrasi ekstrak mahkota dewa dalam tabir surya yang efektif sebagai antioksidan?
  3. Apakah tabir surya dari ekstrak daging buah mahkota dewa dapat digunakan sebagai alternatif antioksidan topikal?

4. Tujuan Program
  1. Membuat inovasi sediaan tabir surya alami dari ekstrak metanol daging buah mahkota dewa sebagai alternatif antioksidan alami.
  2. Membuktikan bahwa sediaan tabir surya dari ekstrak metanol daging buah mahkota dewa dapat berkhasiat sebagai antioksidan
5.  Luaran yang diharapkan
Luaran yang diharapkan dari program ini adalah diperoleh sediaan tabir surya alami dengan kemampuan antioksidan sehingga mahkota dewa dapat dimanfaatkan sebagai bahan kosmetik.
6. Kegunaan Program
Adapun kegunaan dari program ini secara rinci, manfaatnya meliputi:
  1. Memberikan alternatif baru kepada masyarakat dalam penggunaan antioksidan alami berupa tabir surya yang terbuat dari ekstrak daging buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa)
b.      Mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap obat kimiawi yang dapat menimbulkan efek samping berbahaya.
  1. Membudidayakan tanaman mahkota dewa sebagai tanaman obat antioksidan.
  2. Memberikan informasi kepada masyarakat Indonesia bahwa tanaman mahkota dewa dapat berpotensi sebagai kosmetika bahan alami.
7. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka yang dibutuhkan guna mendukung program penelitian ini antara lain :
7.1. Tumbuhan Mahkota Dewa
7.1. 1. Sistematika
Kedudukan tumbuhan mahkota dewa dalam sistematika tumbuhan adalah sebagai berikut :
Divisi
Spermathophyta
Subdivisi
Angiosperamae
Kelas
Dicotyledoneae
Bangsa
Thymelaeales
Suku
Thymelaeaceae
Marga
Phaleria
Spesies
(Phaleria macrocarpa (Sheff)Boerl.) @ Phaleria papuana Warb. Var. Wichnnii (Val)Back.
                                                                                                               (Anonim, 1999)

7.1. 2. Morfologi Tumbuhan
Mahkota dewa merupakan tanaman perdu yang berkembang dan tumbuh sepanjang tahun,dan mempunyai ketinggian 1-2,5 m. Batangnya bulat, permukaannya kasar, warnanya cokelat, berkayu dan bergetah, percabangan simpodial. Daun tunggal, letaknya berhadapan, bertangkai pendek, bentuknya lanset atau jorong, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan licin, warna hijau tua, panjang 7-10 cm, lebar 2-5 cm. Bunga keluar sepanjang tahun, letaknya tersebar di batang atau ketiak daun, bentuk tabung, berukuran kecil, berwarna putih dan harum. Sedangkan buahnya berbentuk bulat, diameter 3-5 cm, permukaan licin, beralur, ketika muda warnanya hijau, dan merah setelah masak. Daging buah berwarna putih, berserat, dan berair. Biji bulat, keras, berwarna cokelat. Berakar tunggang dan berwarna kuning kecoklatan. Perbanyakan dengan cangkok dan bijinya (Anonim, 1999).
7.1. 2. Nama Daerah
      Di daerah Melayu mahkota dewa dikenal dengan sebutan simalakama, sedangkan di dataran Jawa dikenal dengan nama  makutadewa, makuto mewo, makuto ratu, atau  makuto rojo (Anonim, 1999).
7.1. 2. Kandungan Kimia
a.  Daun              : alkaloid, saponin, dan polifenol
b. Kulit buah      : alkaloid, saponin, dan flavonoid
c.  Daging buah   : alkaloid, tanin, flavonoid, fenol, saponin, polifenol, minyak atsiri,   dan sterol (Anonim, 1999).
7.1. 2. Khasiat dan Kegunaan
Aktivitas sebagai antioksidan dimiliki oleh sebagian besar flavonoid disebabkan oleh adanya gugus hidroksi fenolik dalam struktur molekulnya. Ketika bereaksi dengan radikal bebas, senyawa tersebut membentuk radikal baru yang distabilisasi oleh efek resonansi inti aromatik. Dengan demikian, fase propagasi yang meliputi reaksi radikal akan dihambat (Cuvelier dkk., 1991 cit Sugihartini, 2004).
7.2. Metode Penyarian
      Senyawa flavonoid yang terkandung dalam daging buah mahkota dewa dipisahkan dengan metode ekstraksi soxhlet. Ekstraksi dilakukan dalam dua langkah, yaitu ekstraksi menggunakan pelarut n-heksana dan ekstraksi menggunakan pelarut metanol 80%. Pelarut n-heksana digunakan untuk memisahkan senyawa non polar dan pelarut metanol digunakan untuk menyari senyawa flavonoid. 
7.2.Flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa penangkap radikal superoksid yang kuat, singlet oxygen (O2) quenchers dan dapat bereaksi dengan radikal peroksi yang menyebabkan terminasi reaksi berantai pada autooksidasi asam lemak tak jenuh anda. Selain itu, flavonoid dapat berfungsi sebagai penangkap radikal OH yang merupakan radikal bebas yang paling reaktif (Hussain dkk, 1987. cit Sugihartini 2004).
Studi hubungan struktur aktivitas flavonoid sebagai antioksidan menunjukkan bahwa cincin B lebih reaktif sebagai antioksidan daripada pada cincin A. Aktivitas antioksidan sangat dipengaruhi oleh jumlah gugus OH pada flavonoid dan lokasi pada cincin A atau B. Adanya sistem ortho-hidroksi fenolik pada senyawa tersebut akan meningkatkan aktivitasnya sebagai antioksidan (Foti dkk., 1996 cit Sugihartini, 2004).
8. Metode Pelaksanaan Program
Metode pelaksanaan program dalam penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan dan membutuhkan beberapa bagian. Tahapan dan bagian yang dibutuhkan tersebut terdiri atas :
  1. Pembuatan ekstrak daging buah mahkota dewa
  2. Uji khasiat antioksidan krim ekstrak daging buah mahkota dewa
  3. Pembuatan krim ekstrak daging buah mahkota dewa
8.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan selama 4 bulan di Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Cair dan Semipadat di Fakultas Farmasi UAD. Pemilihan tempat penelitian didasarkan dari pengalaman dan ketersediaan alat yang dimiliki laboratorium tersebut.
8.2. Subyek Penelitian
Subyek penelitian yang digunakan adalah sediaan tabir surya ekstrak metanol daging buah mahkota dewa. Sediaan tersebut dibuat di Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Cair dan Semipadat di Fakultas Farmasi UAD. Bahan baku daun mahkota dewa diperoleh dari Desa Mutihan, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.
8.3. Obyek Penelitian
Obyek penelitian adalah daya penangkapan hidrogen dari antioksidan oleh radikal bebas menggunakan metode soxhlet.
8.4. Variabel Penelitian
Variabel penelitian terdiri dari variabel terkendali, variabel bebas. Variabel terkendali dalam penelitian, yaitu warna, tingkat kematangan daging buah mahkota dewa, dan daya penangkapan hidrogen dari antioksidan oleh radikal bebas. Variabel bebas dalam penelitian, yaitu variasi kadar ekstrak metanol daging buah mahkota dewa yaitu 0,01%, 0 %, 2,5 %, dan 1,25 %.
8.5. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang dibutuhkan dalam penelitian, meliputi serbuk daun mahkota dewa yang diperoleh dari  Desa Gunung Gebang, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Bahan yang lain yaitu pelarut n-heksana dan metanol.
Peralatan yang dibutuhkan dalam penelitian, meliputi pisau anti karat, neraca analitik, blender, seperangkat alat soxhlet, alat kromatografi lapis tipis, chamber KLT, lampu UV 366 nm, spektrofotometer UV-Vis serta peralatan gelas laboratorium.
8.6. Jalannya Penelitian
Penelitian dilakukan melalui beberapa tahapan, dimana tahapan-tahapan tersebut antara lain :
8.6.1. Pembuatan Ekstrak Daging Buah Mahkota Dewa
Bahan yang dibutuhkan dalam penelitian, meliputi buah mahkota dewa yang masih mentah, segar, dan baru dipetik dari pohon mahkota dewa yang ditanam di Desa Gunung Gebang, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Pengambilan buah dilakukan pada 1 pohon yang telah berusia 4 tahun.
Pemilihan sampel harus diperhatikan dengan cermat untuk menghindari komposisi kimia sampel yang tidak representatif. Buah yang tidak utuh (cacat) telah mengalami kerusakan pada sel sehingga komposisinya akan berbeda dengan komposisi buah yang utuh.
a.      Preparasi Bahan
Pemanfaatan senyawa antioksidan pada daging buah mahkota dewa sebaiknya menggunakan buah yang masih mentah dengan kandungan senyawa flavonoid yang lebih banyak. Buah mahkota dewa yang digunakan adalah buah mahkota dewa yang tidak cacat. Buah dipetik pada sore hari saat tidak berlangsung fotosintesis sehingga buah tampak segar sebelum preparasi. Selanjutnya, buah didiamkan selama 2 hari untuk mengurangi kandungan getah dalam buah yang cukup tinggi hingga getah mengering. Bagian kulit, cangkang, dan biji dipisahkan dari dagingnya. Bagian kulit dipisahkan dengan cara dikupas dengan pisau anti karat steril. Buah dibelah agar bagian cangkang dan bijinya mudah dipisahkan. Bagain daging dipotong kecil-kecil untuk mempercepat proses pengeringan dan mempermudah penggilingan.
Daging buah mahkota dewa yang telah diiris dikeringkan sampai diperoleh perbandingan segar dengan bahan kering sebanyak 10:3. Bahan kering yang diperoleh kemudian diblender sehingga diperoleh serat halus daging buah mahkota dewa
b.      Pembuatan Ekstrak
Serbuk kering daging buah mahkota dewa sebanyak 20 gram dihaluskan dengan menggunakan blender, kemudian dikemas dengan menggunakan kertas saring sedemikian rupa sehingga ukurannya sesuai dengan kapasitas esktraktor. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan soxhlet melalui 2 tahap. Tahap pertama dengan pelarut n-hexana sebanyak 250 ml untuk menghilangkan komponen yang bersifat non polar. Ektraksi dilakukan terus menerus selama 5-7 jam sampai fraksi n-heksana menjadi tidak berwarna. Agar pemisahan lebih optimal, ekstrak (residu) didiamkan selama 1 malam dalam keadaan terendam n-heksana. Senyawa flavonoid kemudian dipisahkan dari pelarut metanol dengan cara mengambil fraksi n-heksana dan residu yang telah terbebas dari senyawa non polar diekstraksi dengan metanol 80% sebanyak 250 ml selama 5-7 jam. Untuk emndapatkan flavonoid yang optimal, ekstrak (residu) didiamkan selama 1 malam dalam keadaan terendam dalam metanol. Ekstrak metanol selanjutnya diidentifikasi adanya senyawa flavonoid yang diduga merupakan senyawa yang berperan sebagai antioksidan.
c.       Fraksinasi menggunakan Kromatografi Lapis Tipis.
Kromatografi lapis tipis merupakan cara sederhana pada identifikasi pendahuluan senyawa flavonoid. Data yang diperoleh berupa harga Rf dan warna bercak kromatogram yang diperoleh dari pengembangan bercak pada plat kromatografi lapis tipis. Metode ini juga bermanfaat pada pemisahan flavonoid, baik menggunakan KLT preparatif maupun kromatografi kolom. Fase diam yang diguankan adlah silika gel G yang dilekatkan pada plat aluminium. Pengembangan dilakukan pada plat KLT dengan ukuran 3 x 10 cm dengan eluen n-butanol : asam asetat : air (BAA) dengan perbandingan BAA, 9 : 2 : 6 (v/v). Penotolan dilakukan 1 cm dari batas bawah plat KLT dengan menggunakan pipet mikro. Noda dikeringkan dengan diletakkan di bawah kipas angin. Eluen dimasukkan dalam bejana pengembang setinggi 0,5 cm. Bejana yang digunakan harus tertutup rapat dan didiamkan selama sekitar 10 menit agar terjadi kesetimbangan uap eluen. Pengembangan dilakukan dalam bejana penuh uap eluen dan tertutup rapat agar pemisahan berlangsung lebih sempurna. Bercak yang diperoleh dikeringkan di bawah kipas angin. Bercak dideteksi dengan lampu UV 366 nm dan diberi tanda dengan pensil. 
8.6.1 Pembuatan Tabir Surya Ekstrak Metanol Daging Buah Mahkota Dewa
Formula tabir surya dari ekstrak daging buah mahkota dewa adalah sebagai berikut :
R/        Ekstrak metanol daging buah mahkota dewa 1    g
            Asam stearat                                                   15  g
            Cera alba                                                         1,5 g
            Vaselin alba                                                     8   g
         TEA                                                                1,5 g
            Propilen glikol                                                 8 g
            Aquadest                                                         65 g
            m.f. Ungt.
Cara pembuatan :
            Cera alba, vaselin alba, dan asam stearat dileburkan diatas waterbath pada suhu 65º C. Sementara itu, TEA dan propilen glikol dilarutkan dalam air hangat lalu dicampurkan pada bahan yang sudah dileburkan tersebut hingga homogen. Setelah dingin ditambahkan serbuk ekstrak daging buah mahkota dewa.           
8.6.1. Uji Sifat Fisik Tabir Surya Ekstrak Daging Buah Mahkota Dewa
a. Uji Daya Sebar
Sampel tabir surya sebanyak 0,5 g diletakkan ditengah kaca bulat. Timbang dahulu kaca penutup lalu diletakkan diatas massa sampel dan biarkan selama 1 menit. Diameter sampel yang menyebar diukur dengan mengambil panjang rata-rata dari beberapa sisi. Tambahkan 50 g beban tambahan dan dicatat diameter sampel yang menyebar. Kemudian dilakukan hal sama pada penambahan 100 dan 150 g beban. Gambar dalam grafik antara beban dan lugs sampel yang menyebar.
b. Uji Daya Lekat
Sampel diletakkan diatas obyek glass yang telah ditentukan luasnya. Kemudian obyek glass yang lain diletakkan diatas sampel tersebut, dan ditekan dengan beban 1 kg selama 5 menit. Obyek glass alat uji dipasang lalu beban seberat 80 g dilepaskan dan dicatat waktunya hingga kedua obyek glass tersebut terlepas.
c. Uji Daya Proteksi
Sepotong kertas saring I (10x10 cm) dibasahi dengan larutan fenolptalein untuk indikator lalu dikeringkan. Kemudian kertas tersebut diolesi dengan sampel. Sementara itu, pada kertas saring II  dibuat area (3x3 cm) dengan parafin padat yang dilelehkan dan dikeringkan. Kertas saring II ditempelkan pada kertas saring I. Area tersebut ditetesi larutan KOH lalu kertas yang dibasahi dengan larutan fenolptalein tersebut diamati apakah terdapat noda merah pada selang waktu 15; 30; 60 detik serta 3 dan 5 menit. Bila tidak ada noda berarti sampel dapat memberikan proteksi terhadap cairan (larutan KOH).
8.6.2. Uji Antioksidan Ekstrak Daging Buah Mahkota Dewa
a. Pembuatan Larutan Uji
Daging buah dihaluskan dengan blender dan ditimbang 2 g dalam erlenmeyer bertutup, kemudian ditambahkan 20 ml metanol dan didiamkan sehari semalam sambil sering divorteks untuk mendapatkan ekstrak metanol. Selanjutnya filtrat dipisahkan dari ampas. Untuk ekstrak air dibuat dekok daging buah dengan kadar yang sama dengan ekstrak metanol. Ekstrak 10 % ini mempunyai kesetaraan 100 mg buah/ml. Selanjutnya ekstrak diencerkan sehingga didapatkan larutan uji dengan konsentrasi 10 %, 5 %, 2,5 % dan 1,25 %.
b. Pembuatan Larutan DPPH
Ditimbang DPPH kristal untuk dilarutkan dalam etanol tepat pada konsentrasi 0,004 % untuk segera digunakan dan dijaga dalam temperatur rendah dan terlindung dari cahaya.
c. Pengujian Antiradikal Bebas DPPH
1. Disiapkan larutan DPPH 0,004 %. Dipipet 200 μl pelarut (metanol atau air) ke dalam kuvet, ditambah larutan DPPH ad 3 ml, dihomogenkan dan segera dibuat spektra sinar tampak (360-720 nm). Selanjutnya dicatat absorban pada 497-517-537 nm.
2. Pengukuran antiradikal bebas untuk bahan uji : dipipet 200 μl ekstrak ke dalam kuvet, ditambah larutan DPPH ad 3 ml dan segera dibuat spektra sinar tampak (360-720 nm) di kertas yang sama untuk dianalisis apakah masih ada jelas kurva puncak normal (sigmoid) antara 497-537 nm. Pada menit ke-5 setelah pereaksian dibaca absorban pada 497-517-537 nm dan sekali lagi pada menit ke-60. Dilakukan prosedur yang sama untuk ekstrak air.
3. Perhitungan kapasitas antiradikal bebas DPPH diukur dari peredaman warna ungu merah DPPH, yaitu puncak 517 nm dengan perhitungan sebagai berikut :
Absorban hitung 517 nm  ................……………………(1)
4.      Perhitungan kapasitas antiradikal bebas sebagai prosen peredaman absorban pada puncak 517 nm menggunakan perhitungan sebagai berikut :
% peredaman DPPH  .................................(2)
Nilai 0 % berarti tidak mempunyai aktivitas antiradikal bebas, sedangkan nilai 100 % berarti peredaman total dan pengujian perlu dilanjutkan dengan pengenceran bahan uji untuk melihat batas konsentrasi aktivitasnya.

 9. Jadwal Kegiatan Program
Jadwal kegiatan program dalam penelitian tersusun secara runtut dan berkaitan seperti terlihat dalam tabel dibawah ini (Tabel 1).
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Program Penelitian
No
Kegiatan
Bulan
Minggu
1
2
3
4
1
Penyewaan laboratorium
1
X


2
Pengumpulan bahan penelitian
1


 X
 X
3
Pembuatan ekstrak daun mahkota dewa
2
X


4
Pembuatan salep ekstrak daun mahkota dewa
2


X
 X
5
Uji khasiat antialergi
3-4
X
 X
6
Analisis data hasil penelitian
5



7
Penyusunan laporan hasil penelitian
5

 X
X
8
Pengiriman laporan hasil penelitian
6
 X




10. Nama dan Biodata Ketua serta Anggota Kelompok
1. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap                       :
b. NIM                                       : 07023026
c. Fakultas/Program Studi          : Farmasi
d. Perguruan Tinggi                   : Universitas Ahmad Dahlan
e. Waktu untuk kegiatan PKM : 30 jam/minggu
2. Anggota Pelaksana
a. Nama Lengkap                       : Umul Ma’rifah
b. NIM                                       : 07023026
c. Fakultas/Program Studi          : Farmasi
d. Perguruan Tinggi                   : Universitas Ahmad Dahlan
e. Waktu untuk kegiatan PKM : 24 jam/minggu
3. Anggota Pelaksana
a. Nama Lengkap                       :
b. NIM                                       :
c. Fakultas/Program Studi          : Farmasi
d. Perguruan Tinggi                   : Universitas Ahmad Dahlan
e. Waktu untuk kegiatan PKM : 24 jam/minggu

11. Nama dan Biodata Dosen Pendamping
1.  Nama Lengkap dan Gelar              :
2.  Golongan Pangkat dan NIP           :
3.  Jabatan Fungsional                         :
4.  Jabatan Struktural                          :
5.  Fakultas/Program Studi                 :
6.  Perguruan Tinggi                            : Universitas Ahmad Dahlan
7.  Bidang Keahlian                            :
8.  Waktu untuk kegiatan PKM          : 20 jam/minggu

12. Biaya
No

Kebutuhan

Jumlah

Biaya
Beli
Sewa
1
Laboratorium
Famakologi
FTS
1
1
Rp. -
Rp. -
Rp.  1.000.000,00
Rp.     600.000,00
2
Hewan uji (tikus)
42 ekor
Rp.  1.050.000,00
Rp. -
3
Pakan hewan uji
25 kg
Rp.    350.000,00
Rp. -
4
Susu kambing etawa
10 liter
Rp.    450.000,00
Rp. -
5
Bahan-bahan reaksi
Etanol 70%
NaCl fisiologis
Media RPMI 1640
Tris Buffered Ammonium     Chloride
Phetal Bovine Serum
MTT assay
Asam Sitrat
Asam tatrat
Natrium bikarbonat

1 Liter
500 ml
2 liter
200 ml

200 ml
75 buah
15gram
15gram
30gram

Rp.    200,000.00
Rp.      30,000.00
Rp.    350,000.00
Rp.    200,000.00

Rp.    600,000.00
Rp.    200,000.00
Rp.      20,000,00
Rp.      20,000.00
Rp.      30,000.00
Rp. -
Rp. -
Rp. -
Rp. -

Rp. -
Rp. -
Rp. -
Rp. -
Rp. -
6
Alat-alat
Spuit Injeksis Oral 5 cc
Laminair air flow
Inkubator
Tip biru
Tip kuning


5 buah
1 buah
1 buah
75 buah
75 buah


Rp.     100.000,00
Rp. -
Rp. -
Rp.       40,000.00
Rp.       40,000.00


Rp. -
Rp.      35.000,00
Rp.      35,000.00
Rp. -
Rp. -

7
Laporan penelitian
7 buah
 Rp.    350.000,00
 Rp. -
8
Transpot

 Rp.    300.000,00
 Rp. -
Jumlah
 Rp. 4.330.000,00
 Rp. 1.670.000,00
Total biaya
 Rp                                   6.000.000,00

13. Daftar Pustaka
Anief, Mohammad. 2000. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Anonim. 1999. Inventaris Tanaman Obat Indonesia edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, hal 147.
Rohyami, Yuli. 2008. Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daging   Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.). Yogyakarta: Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DPPM), Universitas Islam.
Soeksmanto, Arif. 2006. Kandungan Antioksidan pada Beberapa Bagian TanamanMahkota Dewa, Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl. (Thymelaceae). Jakarta: Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Fakultas Farmasi, Universitas Pancasila.
Soetopo, Seno, dkk. 2003. Ilmu Resep Teori Jilid I. Yogyakarta: Sekolah Menengah Farmasi.
Sulistyono, Bayu. 2008. Optimasi Komposisi Kurkumin dan Fraksi Etanol Daun Plantago major, L dengan Metode Simplex Lattice Design sebagai Pendukung Oktil Metoksisinamat yang merupakan Bahan Tabir Surya. Yogyakarta: Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan.
Amrun, Moch, dkk. 2005. Pengujian Antiradikal Bebas Difenilpikril Hidrazil (DPPH) Ekstrak Buah Kenitu (Chrysophyllum cainito L.) dari Daerah sekitar Jember. Jember: Fakultas Famasi, Universitas Jember.