Total Tayangan Halaman

Minggu, 08 Juni 2014

Pembuatan Krim Ekstrak Etil Asetat Daun Teh Hijau

1. Judul Program Pembuatan Krim Ekstrak Etil Asetat Daun Teh Hijau (Camellia sinensis) Sebagai Alternatif Anti Acne Topikal Alami. 2. Latar Belakang Masalah Jerawat adalah kondisi abnormal akibat gangguan berlebih produksi (Sebaceous gland) yang menyebabkan penyumbatan saluran pori-pori kulit. Daerah yang mudah terkena jerawat adalah pada punggung dan tubuh bagian atas. Jerawat pada kulit terjadi jika kelenjar minyak memproduksi minyak kulit (sebum) secara berlebihan, sehingga terjadi penyumbatan pada saluran kelenjar minyak dan membentuk komedo (whiteheads) serta seborhoea. Apabila sumbatan membesar, komedo terbuka (blackheads), muncul sehingga terjadi jerawat. Munculnya jerawat sering terjadi pada masa antara usia 14-19 tahun. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 85% populasi mengalami jerawat pada usia 12-25 tahun, 15% populasi mengalaminya hingga usia 25 tahun Deteksi jerawat sejak dini sangat sulit sebab sebelum masa pubertas kulit anak akan mengalami pengelupasan tiga minggu sekali. Sedangkan ketika remaja, kulit mengelupas empat minggu sekali. Jika tidak teratasi dengan baik, gangguan jerawat dapat menetap hingga usia 40 tahun. Selain menimbulkan bekas jerawat, efek utamanya adalah pada jiwa seseorang, seperti krisis percaya diri atau minder. Penyebab sebenarnya timbulnya jerawat belum diketahui secara menyeluruh. Beberapa faktor yang menyebabkan jerawat ialah: stress, keturunan dari orangtua dan aktivitas hormon. Kebanyakan produk-produk untuk mencegah atau mengobati jerawat adalah produk kimiawi yang memiliki efek samping lebih banyak dibanding produk herbal. Indonesia memiliki ragam tumbuhan yang sangat kaya dengan jumlah varietasnya termasuk yang terbesar di dunia. Diantaranya terdapat sejumlah tumbuhan yang dapat dimanfaatkan dan diolah menjadi obat, atau biasa disebut obat herbal. Tetapi posisinya masih belum diperhitungkan dalam proses penyembuhan secara modern. Salah satu tanaman herbal yang dapat digunakan untuk mengatasi ataupun mencegah jerawat adalah daun teh hijau. Teh hijau mengandung lebih dari 36% polifenol, sekalipun jumlah ini masih dipengaruhi cuaca (iklim), varietas, jenis tanah dan tingkat kemasakan. Kunci utama dari khasiat teh berada pada komponen bioaktifnya, yaitu polifenol, yang secara optimal terkandung dalam daun teh yang muda dan utuh. Katekin adalah senyawa dominan dari polifenol teh hijau dan terdiri dari epicatechin (EC), epicatechin gallat (ECG), epigallocatechin (EGC), epigallocatechin gallat (EGCG), catechin dan gallocatechin (GC). Katekin adalah senyawa yang larut dalam air, tidak berwarna dan memberikan rasa pahit dan astringensi alias kelat. Komponen katekin dengan kadar 2% dalam teh hijau mempunyai aktifitas yang efektif sebagai anti acne vulgaris ringan sampai sedang. Selama ini penggunaan obat herbal dari ekstrak teh hijau dikenal oleh masyarakat dalam bentuk sediaan teh yang diseduh atau dicelup maupun dalam bentuk tablet hisap. Akan tetapi masih jarang ditemukan di pasaran sediaan teh dalam bentuk topikal. Dengan demikian, penelitian ini akan dilakukan untuk membuat formula teknologi sediaan baru dalam bentuk krim sebagai sediaan alternatif topikal alami yang aman, efektif dan acceptable. 3. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan antara lain : a. Apakah zat aktif komponen katekin dari daun teh hijau dapat diekstraksi ? b. Berapa kadar ekstrak daun teh hijau dalam krim yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus? c. Apakah krim ekstrak daun teh hijau dapat digunakan sebagai alternatif anti acne topikal? 4. Tujuan Program a. Mengekstraksi komponen katekin dari daun teh hijau yang berkhasiat sebagai anti acne. b. Membuat inovasi formulasi teknologi sediaan krim dari ekstrak etil asetat daun teh hijau dan menguji sifat fisiknya. c. Menguji daya hambat krim ekstrak etil asetat daun teh hijau terhadap bakteri Staphylococcus aureus. 5. Luaran yang diharapkan Luaran yang diharapkan dari program ini adalah memberikan informasi penelitian dan pembudidayaan tanaman obat khususnya teh hijau melalui penyarian zat aktif komponen katekin yang akan dibuat inovasi sediaan dalam bentuk krim.. Pelaksana program adalah mahasiswa yang melakukan penelitian dan penerapan teknologi sediaan farmasi. Bentuk riil dari luaran ini adalah penyarian zat aktif komponen katekin, pembuatan teknologi sediaan krim, dan pengujian penghambatan pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Luaran berbentuk barang, bukan jasa. 6. Kegunaan Program Adapun kegunaan dari program ini secara rinci adalah: a. Memberikan alternatif kepada masyarakat mengenai obat herbal antiacne melalui inovasi formulasi teknologi sediaan dalam bentuk krim yang aman, efektif, dan alami. b. Mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap obat kimiawi yang dapat menimbulkan efek samping berbahaya. c. Membudidayakan tanaman teh hijau sebagai tanaman obat anti acne . d. Memberikan kesadaran kepada masyarakat bahwa Indonesia memiliki kekayaan alam berupa daun teh hijau yang dapat berpotensi baik dalam pengobatan penyakit jerawat. 7. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang dibutuhkan guna mendukung program penelitian ini antara lain : a. Tumbuhan Teh Hijau 1) Sistematika Kedudukan tumbuhan Teh Hijau dalam sistematika tumbuhan adalah sebagai berikut : Divisi : Spermathophyta Subdivisi : Angiosperamae Kelas : Dicotyledonae Bangsa : Guttiferales Suku : Theaceae Marga : Camellia Spesies : Thea sinepsis L; T. assamica masters (Anonim.2001) 2) Morfologi Tumbuhan Perdu menahun ini memiliki tinggi 5-10 m. Batangnya berkayu,tegak, bercabang-cabang, ujung ranting berambut, coklat kehijauan. Daun tunggal, letaknya tersebar, kaku, elips, ujung dan pangkal runcing, tepi bergerigi, panjang 12-14 cm, lebar 3,5-4,5 cm, pertulangan menyirip, hijau bunga berkelamin dua, diketiak daun, diameter 3-4,5cm, kelopak bentuk mangkok, hijau, benang sari membentuk lingkaran, pangkal menyatu, melekat pada daun mahkota, pada bagian dalam lepas, tangkai sari ± 1 cm, putih kekuningan, kepala sari kuning, tangkai putik barcabang tiga, panjang ±1 cm, hijau kekuningan, mahkota bulat, tidak berbulu, pangkal berlekatan, putih. Buah kotak, keras, diameter ± 2,3 cm, masih muda hijau, setelah tua coklat kehitaman. Biji keras, diameter ± 1,5 cm, masih muda kuning muda, setelah tua coklat. Akar tunggang, putih kotor. (Anonim.2001) 3) Nama Daerah Di daerah Sumatra disebut teh dalam bahasa Melayu. Di daerah Jawa disebut teh (dalam bahasa Sunda), Teh (Jawa Tengah). (Anonim.2001) 4) Kandungan Kimia Kandungan komponen katekin paling banyak terdapat pada bagian daun teh yang masih muda. Setelah dianalisa menggunakan kolom kapiler dengan dapar boraks pH 8,0 dan diamati dengan UV pada panjang gelombang 200 nm. Komponen analisisnya adalah epicatechin, epigallocatechin, epicatechin gallate, epigallocatechin gallate, catechin, kafein, theanine and asam askorbat. (Horie,Hideki.1996) 5) Khasiat dan Kegunaan Teh hijau mempunyai kemampuan menyembuhkan luka dan penyakit kulit. Tim peneliti yang dipimpin oleh ahli biologi sel Dr Stephen Hsu mempelajari bahwa efek epigallocatechin-3-gallate (EGCG) merupakan komponen polifenol terbanyak dalam daun teh hijau berperan dalam pertumbuhan dan peremajaan sel epidermal kulit pada manusia. (Susilaningsih,Neni.dkk.2005) b. Metode Penyarian Senyawa polifenol komponen katekin yang terkandung dalam daun teh hijau dipisahkan dengan metode ekstraksi. Ekstraksi dilakukan dalam dua langkah, yaitu maserasi menggunakan pelarut aquadest kemudian disaring. Dipartisi dengan air:kloroform. Yang diambil adalah fase air karena komponen katekin bersifat polar. Lalu dipartisi lagi menggunakan air:etil asetat (1:1). Larutan yang tersari dalam etil asetat adalah komponen katekin. (Row.K.H,Jin.2006) 1) Komponen Katekin Dalam Daun Teh Hijau Dalam teh hijau terdapat komponen katekin yaitu: Epicatechin (EC), Epigallocatechin (EGC), Epigallocatechingallat (EGCG), catechin dan gallocatechin (GC). Komponen katekin tersebut larut dalam etil asetat. (Ko CH.2009) 2) Jerawat Jerawat adalah kondisi abnormal akibat gangguan berlebih produksi (Sebaceous gland) yang menyebabkan penyumbatan saluran pori-pori kulit. Daerah yang mudah terkena jerawat adalah di punggung dan tubuh bagian atas. Jerawat pada kulit terjadi jika kelenjar minyak memproduksi minyak kulit (sebum) secara berlebihan, sehingga terjadi penyumbatan pada saluran kelenjar minyak dan membentuk komedo (whiteheads) serta seborhoea. Apabila sumbatan membesar, komedo terbuka (blackheads), muncul sehingga terjadi jerawat. Bakteri yang terdapat dalam jerawat antara lain : Staphylococcus aureus, Propionibacterium acne, dan Streptococcus aureus. Dalam pengujian anti jerawat ini bakteri yang akan di uji adalah Staphylococcus aureus karena bakteri ini bersifat aerob sehingga bisa di uji menggunakan difusi agar. Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram Positif, tidak bergerak, tidak berspora dan mampu membentuk kapsul, berbentuk kokus dan tersusun seperti buah anggur (Todar, 2002) .Ukuran Staphylococcus berbeda-beda tergantung pada media pertumbuhannya. Apabila ditumbuhkan pada media agar, Staphylococcus memiliki diameter 0,5-1,0 mm dengan koloni berwarna kuning. Staphylococcus aureus adalah bakteri aerob dan anaerob, fakultatif yang mampu menfermentasikan manitol dan menghasilkan enzim koagulase, hyalurodinase, fosfatase, protease dan lipase. (Schlegel, 1994). Suhu optimum untuk pertumbuhan Staphylococcus aureus adalah 35° – 37°C dengan suhu minimum 6,7°C dan suhu maksimum 45,4°C. Bakteri ini dapat tumbuh pada pH 4,0 – 9,8 dengan pH optimum 7,0 – 7,5. Pertumbuhan pada pH mendekati 9,8 hanya mungkin bila substratnya mempunyai komposisi yang baik untuk pertumbuhannya. 8. Metode Pelaksanaan Program Metode pelaksanaan program dalam penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan dan membutuhkan beberapa bagian. Tahapan dan bagian yang dibutuhkan tersebut terdiri atas : a. Pembuatan ekstrak etil asetat komponen katekin daun teh hijau. b. Uji khasiat anti acne ekstrak etil asetat daun teh hijau. c. Pembuatan krim ekstrak etil asetat daun teh hijau. a. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian akan dilaksanakan selama 4 bulan di Laboratorium Fitokimia, Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Cair dan Semipadat serta Laboratorium Mikrobiologi di Fakultas Farmasi UAD. Pemilihan tempat penelitian didasarkan dari pengalaman dan ketersediaan alat yang dimiliki laboratorium tersebut. b. Subyek Penelitian Subyek penelitian yang digunakan adalah sediaan krim ekstrak etil asetat daun teh hijau. Sediaan tersebut dibuat di Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Cair dan Semipadat di Fakultas Farmasi UAD. Bahan baku daun teh hijau diperoleh dari produk di pasaran. c. Obyek Penelitian Obyek penelitian adalah penghambatan pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus yang ditanam di media agar. Penelitian tersebut akan dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi UAD. d. Variabel Penelitian Variabel penelitian terdiri dari variabel variabel bebas, dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian, yaitu variasi kadar ekstrak etil asetat yaitu 0,5%,1 %,2%,dan 4 %., Variabel terikat dalam penelitian, yaitu daya penghambatan terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. e. Bahan dan Alat Penelitian Bahan yang dibutuhkan dalam penelitian, meliputi serbuk daun teh hijau yang diperoleh dari produk di pasaran. Bahan yang lain yaitu pelarut aquadest, kloroform,etil asetat, Media agar, Nutrien agar Nutrien broth, . Kloroform, Etil asetat, Asam stearat, Vaselin album, Cera alba, TEA, Propilenglikol, Produk gel anti jerawat (kontrol positif). Peralatan yang dibutuhkan dalam penelitian, meliputi neraca analitik, seperangkat alat ekstraksi, waterbath, blue tip dan yellow tip, pipet mikro (Socorex, Swiss),autoklav (MA-630, My Life), inkubator (YCN-INC30L, Yenaco), pembuat sumuran, penggaris milimeter, kaca penutup, alat uji daya lekat, alat uji daya proteksi, alat uji daya sebar, ose, vortex, dan alat-alat gelas laboratorium. f. Jalannya Penelitian Penelitian dilakukan melalui beberapa tahapan, dimana tahapan-tahapan tersebut antara lain : 1) Pembuatan Ekstrak Daun Teh Hijau Bahan yang dibutuhkan dalam penelitian, meliputi daun teh hijau yang diperoleh dari produk teh hijau di pasaran. (a) Preparasi Bahan Pemanfaatan senyawa antiakne pada daun teh hijau menggunakan produk sediaan jadi yang telah beredar di pasaran. (b) Pembuatan Ekstrak Serbuk kering daun teh hijau yang digunakan adalah 3 gram. Langkah pertama adalah ekstraksi menggunakan air dilanjutkan dengan partisi yang dilakukan 2 tahap. Ekstraksi dilakukan pada suhu 80 selama 40 menit menggunakan aquadest 60 ml. Saring dengan kertas saring. Kemudian dilanjutkan dengan partisi yang dilakukan 2 tahap, tahap pertama partisi menggunakan kloroform:air (1:1) untuk menghilangkan komponen kafein yang bersifat non polar, dimana kafein dalam daun teh hijau ini akan larut dalam kloroform. Tahap ini dilakukan 2 kali agar benar-benar tidak ada komponen kafein dalam fase polar (air). Bagian air kemudian dipartisi lagi menggunakan air: etil asetat (1:1). Diambil bagian etil asetat. Bagian yang terdapat dalam etil asetat merupakan komponen katekin yang berkhasiat sebagai antiacne. Larutan tersebut diuapkan sehingga didapat ekstrak kental. 2) Pembuatan Krim Ekstrak Daun Teh Hijau Formula krim ekstrak etil asetat daun teh hijau adalah sebagai berikut : R/ Ekstrak etil asetat daun teh hijau 2 g Asam stearat 15 g Cera alba 1,62 g Vaselin alba 6,88 g Trietanolamin(TEA) 1,5 g Propilenglikol 8 g Aquadest 65 g m.f. vanishing cream. Cara pembuatan : Pembuatan vanishing krim ini akan dibuat dalam berbagai konsentrasi yaitu 0,5%, 1%, 2%, dan 4%. Cera alba, vaselin alba, asam stearat dileburkan diatas waterbath pada suhu 65ยบ C. Kemudian TEA dan propilen glikol dilarutkan dalam air hangat dan dicampurkan pada bahan yang sudah dileburkan tersebut dalam mortir yang telah dihangatkan juga hingga homogen. Setelah dingin ditambahkan serbuk ekstrak daun teh hijau 3) Uji Sifat Fisik Krim Ekstrak Daun Teh Hijau (a) Uji Daya Sebar Pengujian diawali dengan menimbang 0,5g sampel krim ekstrak daun teh hijau lalu diletakkan ditengah kaca bulat selanjutnya timbang dahulu kaca penutup dan letakkan kaca tersebut diatas massa sampel dan biarkan selama 1menit. Diameter sampel yang menyebar diukur dengan mengambil panjang rata-rata dari beberapa sisi. Tambahkan 50 g beban tambahan dan dicatat diameter sampel yang menyebar. Teruskan penambahan 50 g beban dan dilakukan seperti sebelumnya. Gambar dalam grafik antara beban dan luas sampel yang menyebar. (b) Uji Daya Lekat Sampel diletakkan diatas obyek glass yang telah ditentukan luasnya, kemudian obyek glass yang lain diletakkan diatas sampel tersebut, dan ditekan dengan beban 1 kg selama 5 menit. Selanjutnya obyek glass dipasang lalu beban seberat 80 g dilepaskan dan dicatat waktunya hingga kedua obyek glass tersebut terlepas. (c) Uji Daya Proteksi Sepotong kertas saring I (10x10cm) dibasahi dengan larutan fenolptalein untuk indikator lalu dikeringkan. Kemudian kertas tersebut diolesi dengan sampel. Sementara itu, pada kertas saring II dibuat area (3x3cm) dengan parafin padat yang dilelehkan dan dikeringkan. Kertas saring II ditempelkan pada kertas saring I. Area tersebut ditetesi larutan KOH lalu kertas yang dibasahi dengan larutan fenolptalein tersebut diamati apakah terdapat noda merah pada selang waktu 15 ; 30 ; 60 detik serta 3 dan 5 menit. Bila tidak ada noda berarti sampel dapat memberikan proteksi terhadap cairan (larutan KOH). 4) Uji Khasiat Antiacne Krim Ekstrak Daun Teh Hijau (a) Pembuatan Variasi Konsentrasi Ekstrak Daun Teh Hijau Ekstrak kental yang diperoleh dari penyarian dibuat sediaan krim dengan variasi konsentrasi 0,5 %, 1% ,2% dan 4%. Ekstrak yang diperoleh tersebut dibuat sediaan krim dengan resep yang tertulis di atas. Zat aktif yang terkandung pada resep tersebut adalah sebesar 2%. Untuk membuat sediaan krim dengan variasi konsentrasi 0,5 %, 1% , dan 4% zat aktif dikurangkan dari basis yaitu Cera alba dan Vaselin album dengan perbandingan 2,5:8. (b) Sterilisasi alat dan Bahan Cawan Petri, Tabung Reaksi, erlenmeyer, Penjepit, Spatula, Media Agar Na, Media Nutrien Broth, dan seluruh alat dan bahan (kecuali ekstrak serbuk daun teh hijau) yang akan digunakan disterilisasi di dalam autoklaf selama 30 menit dengan mengatur tekanan sebesar 15 dyne/cm3 (1 atm) dan suhu sebesar 121°C setelah sebelumnya dicuci bersih, dikeringkan dan dibungkus dengan kertas. (Pelszar, 1986). (c) Pembuatan Larutan Stok Bakteri Pembuatan suspensi bakteri dilakukan untuk perbanyakan stok, dengan cara menginokulasikan 1 ose biakan murni ke dalam 5 ml Nutrient Broth (NB), kemudian diinkubasi pada suhu 37° C selama 24 jam di dalam inkubator. (d) Identifikasi Bakteri Staphylococcus aureus Identifikasi bakteri Staphylococcus aureus dilakukan untuk menguji kebenaran identitas dari bakteri uji yang digunakan, yang meliputi uji pewarnaan gram dan uji pertumbuhan dalam media agar selektif. Uji pewarnaan gram dilakukan dengan metode standar pewarnaan gram pada bakteri Staphylococcus aureus. Hasil positif ditunjukkan dengan warna ungu dan berbentuk kokus atau bulat dalam tandan. Dalam uji pertumbuhan dengan media agar selektif dilakukan dengan menginokulasikan biakan bakteri Staphylococcus aureus kemudian ditumbuhkan dalam media selektifnya yaitu VJA (Vogel Johnson Agar), hasil positif ditunjukan dengan tumbuhnya koloni berwarna hitam mengkilap dan dikelilingi zona kuning (Anonim, 1995) (e) Pembuatan Media Difusi Agar Cawan petri yang berisi media NA(Nutrien Agar) sebanyak kurang lebih 10 ml diberi suspensi bakteri sebanyak kurang lebih 2 ml dan diratakan ke dalam cawan Petri dengan metode pour plate dan dishaking dengan vortex. Media didinginkan hingga memadat. (f) Pengujian Penghambatan terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus Digunakan metode pengujian difusi agar untuk mengetahui aktivitas antimikroba. Mikroba uji dicampurkan dengan media pertumbuhan (Nutrien broth) dan dituang ke dalam cawan petri sehingga membentuk lempeng agar. Di lempeng agar dibuat sumur yang kedalamnya dimasukkan larutan uji. Diinkubasi selama 24 jam suhu 37°C. Setelah proses inkubasi dilakukan pengukuran diameter hambat berupa zona bening di sekitar sumur yang menunjukkan penghambatan pertumbuhan mikroba (Pelczar dan Chan, 1988). Nilai diameter hambat masing-masing kelompok uji di rata-ratakan, kemudian hasilnya dibandingkan dengan nilai rata-rata diameter hambat kelompok kontrol. (Hendri Wasito,dkk.2008) (g) Analisa Data Untuk menganalisis data hasil penelitian dianalisa dengan Analisis Varian (Anava) satu arah untuk mengetahui apakah ada perbedaan atau pengaruh pada tiap perlakuan dan dilanjutkan dengan T-test dengan taraf kepercayaan 95 %. 9.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar