Total Tayangan Halaman

Rabu, 04 Juni 2014

VALIDASI JINTEN HITAM

VALIDASI JINTEN HITAM Nama spesies tumbuhan : Nigella sativa (Jintan Hitam Pahit) A. DEFINISI UMUM: Nigella sativa merupakan salah satu spesies dari genus Nigella yang memiliki kurang lebih 14 spesies tanaman yang termasuk dalam famili Ranunculaceae. 14 spesies tersebut diantaranya adalah : Nigella arvensis, Nigella ciliaris, Nigella damascena, Nigella hispanica, Nigella integrifolia, Nigella nigellastrum, Nigella orientalis, dan Nigella sativa. Tanaman ini berasal dari Eropa Selatan, Afrika Utara, dan Asia Selatan. Nama lain Nigella Sativa diantaranya adalah : Kalonji (bahasa Hindi), Kezah (Hebrew), Chamushka (Rusia), Habbatus Sauda’ (Arab), Siyah daneh (Persian), Fennel Flower / Black Carraway / Nutmeg Flower / Roman Coriander / Black Onian Seed (English), atau Jintan Hitam (Indonesia). Klasifikasi Nigella Sativa adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisio : Magnoliophyta Class : Magnoliopsida Ordo : Ranunculales Family : Ranunculaceae Genus : Nigella Species : Nigella sativa B. MORFOLOGI Nigella sativa : Nigella sativa atau Jintan Hitam Pahit ini merupakan jenis tanaman bunga , tumbuh setinggi 20-50 cm , berbatang tegak, berkayu dan berbentuk bulat menusuk.. Daun runcing ,bercabang, bergaris (namun garis daunnya tidak seperti benang ; tidak seperti ciri daun tumbuhan genus Nigella pada umumnya), daunnya kadang-kadang tunggal atau bisa juga majemuk dengan posisi tersebar atau berhadapan. Bentuk daunnya bulat telur berujung lancip. Di bagian permukaan daunnya terdapat bulu halus. Tumbuhan jintan hitam memiliki bunga yang bentuknya beraturan. Bunga ini kemudian menjadi buah berbentuk bumbung atau buah kurung berbentuk bulat panjang. Bunganya menarik dengan warna biru pucat atau putih, dengan 5-10 mahkota bunga. Buahnya keras seperti buah buni. Berbentuk besar, menggembung, berisi 3-7 unit folikel, masing-masing berisi banyak biji atau benih yang sering digunakan manusia sebagai rempah-rempah. Memiliki rasa pahit yang tajam dan bau seperti buah strawberry. Digunakan terutama pada permen dan minuman keras. Bijinya berwarna hitam pekat. Khasiat yang dimiliki jintan hitam ini berasal dari kandungan kimia yang ada di dalamnya. Kandungan kimia jintan hitam terdiri dari minyak atsiri, minyak lemak, d-limonena, simena, glukosida, saponin, zat pahit, jigelin, nigelon, dan timokonon. Berbagai kandungan ini didapat dari biji jintan hitam. C. ANATOMI Nigella sativa Nigella sativa termasuk dalam Family (clade) : Ranunculaceae, dan , Endospermic seeds : - Basal Eudicots Contoh lain selain Nigella sativa: Trollius sp. Deskripsi : “ The seeds of basal angiosperms often have underdeveloped embryos that are embedded in abundant endosperm tissue. Two-step germination process with distinct testa rupture and endosperm rupture.” Biji seperti jintan hitam termasuk dalam kelompok tanaman Angiospermae yang memiliki perkembangan embrio ke bawah yang melekat dalam berlimpah-limpah jaringan endosperma . Dua (2) langkah proses pengecambahan dengan pemecahan testa yang begitu jelas dan pemecahan endosperma. Anatomi biji jintan secara umum (seperti biji-biji lainnya): • Biji-biji ini merupakan perombakan dan propagasi unit dari Spermatophyta (tanaman berbiji), Gymnosperma (conifer / jarum dan kultivar nya) dan Angiosperma (tanaman berbunga). • Biji-biji dewasa / matang, ovule nya subur. Ovule adalah struktur dari tanaman berbiji yang berisi gametophyte betina dengan sel telur, dikelilingi oleh nucellus dan 1-2 integuments. Dalam angiospermae penyuburan / pembuahan ganda menghasilkan bentuk embrio diploid dan endosperma triploid. • Embrio : sporophyta muda, diploid (2n), dihasilkan dalam pembuahan. Embrio dewasa berisi cotyledons (daun biji), hypocotil (batang seperti sumbu embrio, di bawah cotyledon), radicel (akar embrio). • Endosperma : jaringan penyimpan makanan, triploid (3n), dihasilkan dalam pembuahan ganda, 2/3 genom langsung dari induk. • Testa (selubung biji) : lapisan luar pelindung biji, perkembangan dari integument ovule, diploid jaringan induk. • Buah dewasa / matang, ovarium masak berisi banyak biji. Perikarpium (selubung buah) diploid dari jaringan induk. • Endospermic biji : endosperma ditempatkan dalam biji yang matang dan bertindak sebagai organ penyimpan makanan. Testa dan endosperma adalah 2 lapisan luar dari embrio. Anatomi secara Makroskopik : biji agak keras, limas ganda dengan kedua ujungnya meruncing, limas yang satu lebih pendek dari yang lain, bersudut 3 sampai 4, panjang 1,5 mm sampai 2 mm, lebar lebih kurang 1 mm ; permukaan luar berwarna hitam kecoklatan, hitam kelabu sampai hitam, berbintik-bintik, kasar, berkerut, kadang-kadang dengan beberapa rusuk membujur atau melintang. Pada penampang melintang biji terlihat kulit biji berwarna coklat kehitaman sampai hitam, endosperm berwarna kuning kemerahan, kelabu, atau kelabu kehitaman ; lembaga berwarna kuning pucat sampai kelabu. Anatomi secara Mikroskopik : kulit biji : Epidermis luar terdiri dari selapis sel yang termampat, bentuk memanjang, kadang-kadang berupa papila pendek, dinding tipis, warna coklat muda atau coklat kehijauan. Di bawah epidermis terdapat beberapa lapis sel parenkimatik, bentuk memanjang, termampat, tidak berwarna atau berwarna kehijauan ; pada tiap rusuk diduga tedapat berkas pembuluh, phloem dan xylem sukar dibedakan karena selnya termampat ; pada daerah ini sel parenkim di bawah epidermis tidak termampat dan selnya besar berbentuk polygonal ; kemudian berturut-turut terdapat selapis sel berbentuk persegi empat, berdinding tipis, tidak berwarna atau berwarna kehijauan, di dalam sel terdapat hablur berbentuk prisma besar, kadang-kadang hampir memenuhi ruangan sel, pada penambahan asam klorida pekat P hablur tidak larut ; selapis sel berbentuk palisade, tinggi lebih kurang 65 μm, tersusun sangat teratur, dinding tangensial dalam dan dinding radial sangat tebal, warna agak kekuningan dan tidak berlignin, lumen sangat kecil terdapat di ujung bagian luar, berbentuk trapesium atau bundar telur, warna coklat kekuningan ; selapis sel parenkimatik, bentuk persegi empat tidak teratur, dinding tipis, sel jernih. Epiderimis dalam terdiri dari selapis sel berbentuk persegi empat tidak teratur, sel agak besar, lumen jernih, dinding berwarna coklat berpenebalan jala, dinding tangensial dalam lebih tebal. Endosperm terdiri dari sel berbentuk polygonal, dinding tipis, tidak berwarna, penuh berisi butiran aleuron dan tetes-tetes minyak. Embryo sel nya lebih kecil dari sel endosperm, dinding tipis, berisi butir aleuron dan tetes-tetes minyak. Serbuk : warna kelabu kehitaman. Fragmen pengenal adalah fragmen epidermis luar yang termampat dan berpapila pendek, fragmen sel palisade terlihat tangensial ; fragmen kulit biji ; fragmen epidermis dalam ; fragmen sel berhablur terlihat tangensial ; fragmen endosperm dan fragmen sel parenkimatik di bawah lapisan palisade. a. Penyiapan simplisia Dalam penyiapan atau pembuatan simplisia, tahapan yang perlu diperhatikan adalah (a) bahan baku simplisia, (b) proses pembuatan simplisia, dan (c) cara pengepakan/pengemasan dan penyimpanan simplisia. 1). Bahan baku simplisia. Dalam pembuatan simplisia, kualitas bahan baku simplisia merupakan faktor yang penting yang perlu diperhatikan. a). Tanaman budidaya. Tanaman ini sengaja dibudidaya seperti yang diuraikan di atas, di Eropa dan Amerika telah diberlakukan mengenai GAP (Good Agriculturing Practice) untuk digunakan sebagai sumber bahan baku simplisia. Untuk itu bibit tanaman harus dipilih yang baik, ditinjau dari penampilan dan kandungan senyawa berkhasiat, atau dengan kata lain berkualitas atau bermutu tinggi. Simplisia yang berasal dari tanaman budidaya selain berkualitas, juga sama rata atau homogen sehingga dari waktu ke waktu akan dihasilkan simplisia yang bermutu mendekati ajeg atau konsisten. Dari simplisia tersebut akan dihasilkan produk obat tradisional yang “reproducible” atau ajeg khasiatnya. Perlu diperhatikan pula bahwa tanaman budidaya dapat bervariasi kualitasnya bila ditanam secara monokultur (tanaman tunggal) dibanding dengan tanaman tumpangsari. Demikian juga terdapat faktor lain yang berpengaruh terhadap penampilan dan kandungan kimia suatu tanaman, antara lain tempat tumbuh, iklim, pemupukan, waktu panen, pengolahan pasca panen dsb. Sehingga tidak heran bila kita temukan dalam pasaran bahwa bahan tanaman sebagai bahan baku simplisia yang berasal dari daerah tertentu memiliki keunggulan tertentu pula. b). Tumbuhan liar. Tumbuhan liar artinya tumbuhan tersebut tidak dibudidaya atau tumbuh liar. Sebetulnya tumbuhan liar tersebut dapat dibudidayakan. c). Bahan simplisia dipenoleh dan “pengepul”. Dalam hal ini ada yang berbentuk segar atau sudah merupakan simplisia. b. Pemanenan pada saat yang tepat Waktu pemanenan yang tepat akan menghasilkan simplisia yang mengandung bahan berkhasiat yang optimal. Kandungan kimia dalam tumbuhan tidak sama sepanjang waktu. Kandungan kimia akan mencapai kadar optimum pada waktu tertentu. Di bawah ini akan diuraikan kapan waktu yang tepat untuk memanen bagian tumbuhan. Ketentuan saat pemanenan tumbuhan atau bagian tumbuhan adalah sebagai berikut. (a) Biji (semen) dipanen pada saat buah sudah tua atau buah mengering (b) Buah (fructus) Anatomi biji habbatussauda Pada biji-bijinya sering kali dijumpai embrio yang belum berkembang lengkap dan terkurung dalam jaringan endosperma yang melimpah, sebagai wujud proses perkecambahan dua tahap: peretakan testa dan peretakan endosperma. Keadaan ini biasa dijumpai pada anggota tumbuhan berbunga dasar. Anatomi biji jintan secara umum (seperti biji-biji lainnya): • Biji-biji ini merupakan perombakan dan propagasi unit dari Spermatophyta (tanaman berbiji), Gymnosperma (conifer / jarum dan kultivarnya) dan Angiosperma (tanaman berbunga). • Biji-biji dewasa / matang, ovulenya subur. Ovule adalah struktur dari tanaman berbiji yang berisi gametophyte betina dengan sel telur, dikelilingi oleh nucellus dan 1-2 integumen. Dalam angiospermae penyuburan / pembuahan ganda menghasilkan bentuk embrio diploid dan endosperma triploid. • Embrio: sporophyta muda, diploid (2n), dihasilkan dalam pembuahan. Embrio dewasa berisi kotiledon (daun biji), hypocotil (batang seperti sumbu embrio, di bawah cotyledon), radicel (akar embrio). • Endosperma: jaringan penyimpan makanan, triploid (3n), dihasilkan dalam pembuahan ganda, 2/3 genom langsung dari induk. • Testa (selubung biji): lapisan luar pelindung biji, perkembangan dari integumen ovule, diploid jaringan induk. • Buah dewasa / matang, ovarium masak berisi banyak biji. Perikarpium (selubung buah) diploid dari jaringan induk. • Biji endospermis: endosperma ditempatkan dalam biji yang matang dan bertindak sebagai organ penyimpan makanan. Testa dan endosperma adalah 2 lapisan luar dari embrio. Serbuk Warna kelabu kehitaman. Fragmen pengenal adalah fragmen epidermis luar yang termampat dan berpapila pendek, fragmen sel palisade terlihat tangensial; fragmen kulit biji; fragmen epidermis dalam; fragmen sel berhablur terlihat tangensial; fragmen endosperm dan fragmen sel parenkimatik di bawah lapisan palisade. c. Proses Pembuatan Simplisia Setelah dilakukan pemanenan bahan baku simplisia, maka tahapan penanganan pasca panen adalah sebagai berikut. 1). Sortasi basah. Tahap ini perlu dilakukan karena bahan baku simplisia harus benar dan murni, artinya berasal dari tanaman yang merupakan bahan baku simplisia yang dimaksud, bukan dari tanaman lain. Dalam kaitannya dengan ini, perlu dilakukan pemisahan dan pembuangan bahan organik asing atau tumbuhan atau bagian tumbuhan lain yang terikut. Bahan baku simplisia juga harus bersih, artinya tidak boleh tercampur dengan tanah, kerikil, atau pengotor lainnya (misalnya serangga atau bagiannya). 2). Pencucian. Pencucian seyogyanya jangan menggunakan air sungai, karena cemarannya berat. Sebaiknya digunakan air dari mata air, sumur, atau air ledeng (PAM). Setelah dicuci ditiriskan agar kelebihan air cucian mengalir. Ke dalam air untuk mencuci dapat dilarutkan kalium permanganat seperdelapan ribu, hal ini dilakukan untuk menekan angka . 3). Pengeringan. Pengeringan merupakan proses pengawetan simplisia sehingga simplisia tahan lama dalam penyimpanan. Selain itu pengeringan akan menghindari teruainya kandungan kimia karena pengaruh enzim. Pengeringan yang cukup akan mencegah pertumbuhan mikroorganisme dan kapang (jamur). Jamur Aspergilus flavus akan menghasilkan aflatoksin yang sangat beracun dan dapat menyebabkan kanker hati, senyawa ini sangat ditakuti oleh konsumen dari Barat. Menurut persyaratan obat tradisional tertera bahwa Angka khamir atau kapang tidak Iebih dari 104. Mikroba patogen harus negatif dan kandungan aflatoksin tidak lebih dari 30 bagian per juta (bpj). Tandanya simplisia sudah kering adalah mudah meremah bila diremas atau mudah patah. Menurut persyaratan obat tradisional pengeringan dilakukan sampai kadar air tidak lebih dari 10%. Cara penetapan kadar air dilakukan menurut yang tertera dalam Materia Medika Indonesia atau Farmakope Indonesia. Pengeringan sebaiknya jangan di bawah sinar matahari langsung, melainkan dengan almari pengering yang dilengkapi dengan kipas penyedot udara sehingga terjadi sirkulasi yang baik. Bila terpaksa dilakukan pengeringan di bawah sinar matahari maka perlu ditutup dengan kain hitam untuk menghindari terurainya kandungan kimia dan debu. Agar proses pengeringan berlangsung lebih singkat bahan harus dibuat rata dan tidak bertumpuk. Ditekankan di sini bahwa cara pengeringan diupayakan sedemikian rupa sehingga tidak merusak kandungan aktifnya. 5). Sortasi kering. Simplisia yang telah kering tersebut masih sekali lagi dilakukan sortasi untuk memisahkan kotoran, bahan organik asing, dan simplisia yang rusak karena sebagai akibat proses sebelumnya. 6). Pengepakan dan penyimpanan. Bahan pengepak harus sesuai dengan simplisia yang dipak. Misalnya simplisia yang mengandung minyak atsiri jangan dipak dalam wadah plastik, karena plastik akan menyerap bau bahan tersebut. Bahan pengepak yang baik adalah karung goni atau karung plastik. Simplisia yang ditempatkan dalam karung goni atau karung plastik praktis cara penyimpanannya, yaitu dengan ditumpuk. Selain itu, cara menghandelnya juga mudah serta cukup menjamin dan melindungi simplisia di dalamnya. Pengepak lainnya digunakan menurut keperluannya. Pengepak yang dibuat dari aluminium atau kaleng dan seng mudah melapuk, sehingga perlu dilapisi dengan plastik atau malam atau yang sejenis dengan itu. Penyimpanan harus teratur, rapi, untuk mencegah resiko tercemar atau saling mencemari satu sama lain, serta untuk memudahkan pengambilan, pemeriksaan, dan pemeliharaannya. Simplisia yang disimpan harus diberi label yang mencantumkan identitas, kondisi, jumlah, mutu, dan cara penyimpanannya. Adapun tempat atau gudang penyimpanan harus memenuhi syarat antara lain harus bersih, tentutup, sirkulasi udara baik, tidak lembab, penerangan cukup bila diperlukan, sinar matahari tidak boleh leluasa masuk ke dalam gudang, konstruksi dibuat sedemikian rupa sehingga serangga atau tikus tidak dapat Ieluasa masuk, tidak mudah kebanjiran serta terdapat alas dari kayu yang baik (hati-hati karena balok kayu sangat disukai rayap) atau bahan lain untuk meletakkan simplisia yang sudah dipak tadi. Pengeluaran simplisia yang disimpan harus dilaksanakan dengan cara mendahulukan bahan yang disimpan Iebih awal (“First in — First out” = FIFO). d. Pemeriksaan mutu Pemeriksaan mutu simplisia sebaiknya dilakukan secara periodik, selain juga harus diperhatikan untuk pertama kali dilakukan yaitu pada saat bahan simplisia diterima dari pengepul atau pedagang Iainnya. Buku pedoman yang digunakan sebagai pegangan adalah Materia Medika Indonesia atau Farmakope Indonesia. Agar diperoleh simplisia yang tepat, sebaiknya dilakukan arsipasi simplisia sebagai standar intern atau pembanding. Mengenai pemeriksaan mutu, dalam benak kami menginginkan adanya Iaboratorium pemeriksaan mutu simplisia atau obat tradisional yang terakreditasi serta dapat melayani kebutuhan pemeriksaan mutu dari produsen obat tradisional. e. Rangkuman Peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Menteri Kesehaten RI yang terkait dengan obat tradisional sangat bagus. Namun demikian bila pelaksanaannya sulit dilaksanakan oleh produsen maka peraturan itu tidak akan dilaksanakan dengan baik. Akibatnya produk yang dihasilkan tidak seperti yang diinginkan serta CPOTB tidak dapat dilaksanakan secara lengkap. Untuk menyelesaikan masalah tersebut perlu dicari solusinya yang tepat dan cepat. Di Amerika Serikat dan negara MEE (Eropa) merekomendasikan bahwa pemeriksaan mutu obat tradisional secara mikroskopi, kromatografi lapis tipis, dan HPLC merupakan cara baku yang digunakan. Pustaka Acuan Departemen Kesehatan R.I., 1 Benih-benih Nigella Sativa Linn. (Ranunculaceae), umumnya dikenal sebagai black seed atau jinten hitam, digunakan dalam rakyat (herbal) obat di seluruh dunia untuk pengobatan dan pencegahan sejumlah penyakit dan kondisi yang meliputi asma, diare dan dislipidemia. Artikel ini meninjau laporan utama sifat farmakologi dan toksikologi sativa N. dan konstituennya. Benih mengandung minyak tetap dan esensial, protein, alkaloid dan saponin. Sebagian besar aktivitas biologis dari benih telah terbukti disebabkan thymoquinone, komponen utama dari minyak esensial, tetapi yang juga hadir dalam minyak ed fi. Tindakan farmakologi dari ekstrak kasar dari biji (dan beberapa konstituen aktif, misalnya minyak atsiri dan thymoquinone) yang telah dilaporkan mencakup perlindungan terhadap nefrotoksisitas dan hepatotoksisitas yang diinduksi oleh salah satu penyakit atau bahan kimia. Benih / minyak antiperadangan, analgesik, antipiretik, aktivitas antimikroba dan antineoplastik. Minyak menurunkan tekanan darah dan respirasi meningkat. Pengobatan tikus dengan ekstrak biji sampai 12 minggu telah dilaporkan untuk menginduksi perubahan dalam haemogram yang mencakup peningkatan baik dalam volume sel dikemas (PCV) dan hemoglobin (Hb), dan penurunan konsentrasi plasma kolesterol, trigliserida dan glukosa. Benih-benih tersebut ditandai dengan tingkat yang sangat rendah toksisitas. Dua kasus dermatitis kontak dalam dua individu telah dilaporkan berikut menggunakan topikal. Administrasi baik ekstrak biji atau minyak telah terbukti tidak menyebabkan efek samping yang signifikan pada fungsi hati atau ginjal. Ia akan muncul bahwa efek menguntungkan dari penggunaan benih dan thymoquinone mungkin terkait dengan cytoprotective mereka dan tindakan antioksidan, dan efek mereka pada beberapa mediator peradangan Kandungan Jintan hitam memiliki lebih dari seratus bahan aktif dan banyak lagi yang masih harus ditemukan. Daya terapeutiknya yang tinggi berhubungan dengan kombinasi minyak (35%), protein (21%), karbohidrat (38%) serta bahan lainnya (6%) yang berisi zat-zat seperti tokoferol, pitosterol, nigellone, thymoquinone, kaempferol dan quercetin. Minyak habbatussauda terdiri dari 50% asam lemak tak jenuh ganda, termasuk asam linoleat, asam gamma-linolenat dan minyak atsiri. Monosakarida (gula molekul tunggal) dalam jintan hitam berbentuk glukosa, rhamnosa, silosa, dan arabinosa. Dari 15 asam amino yang terdapat dalam jintan hitam, sembilan di antaranya adalah asam amino esensial yang tidak dapat disintesis oleh tubuh kita sehingga kita harus mendapatkannya dari luar. Parameter dan Metode Uji Parameter Spesifik : 1. Parameter Identitas • Deskripsi tata nama: a. Nama Ekstrak: Nigella sativa extractum b. Nama Latin Tumbuhan: Nigella sativa c. Bagian tumbuhan yang digunakan: Nigella sativa Semen d. Nama Indonesia Tumbuhan: Jinten Hitam (Indonesia) • Senyawa identitas adalah Timoquinon, Ditimoquinon 2. Parameter Organoleptik • Bentuk : biji agak keras,bentuk limas ganda dengan kedua ujung-ujungnya meruncing,limas yg satu lebih pendek dari yang lain. • Warna : hitam kecokelatan • Bau : khas aromatik • Rasa : pahit 3. Uji Kandungan Kimia • Pola Kromatogram Ekstrak ditimbang, diekstraksi dengan pelarut dan cara tertentu kemudian dilakukan analisis kromatografi sehingga memberikan pola kromatogram yang khas. • Kadar total golongan kandungan kimia Dengan metode spektrofotometri, titrimetri, volumetri, gravimetri, atau lainnya dapat ditetapkan kadar golongan kandungan kimia. Diantara beberapa jenis golongan, golongan tanin dapat dikembangkan dan ditetapkan metodenya. • Kadar Kandungan Kimia tertentu Adanya suatu senyawa kimia yang merupakan senyawa identitas atau senyawa kimia utama ataupun kandungan kimia lainnya, maka secara kromatografi instrument dapat dilakukan penetapan kadar kandungan kimia tersebut. Parameter Non Spesifik: 1. Susut Pengeringan dan Bobot Jenis • Susut Pengeringan: Pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada suhu 105˚ C selama 30 menit atau sampai bobot konstan (%) untuk memberikan batasan (rentang) maksimum tentang besarnya senyawa yanag hilang pada proses pengeringan. • Bobot Jenis: Masa per satuan volume pada suhu kamar/ tertentu (25˚C) yang ditentukan dengan alat khusus piknometer atau alat lainnya untuk memberikan batasan tentang besarnya massa per satuan volume yang merupakan parameter khusus ekstrak cair sampai ekstrak pekat (kental) yang masih dapat dituang. Dan untuk memberikan gambaran kandungan kimia terlarut. 2. Kadar Air Pengukuran kandungan yang ada dalam bahan, dilakukan dengan cara yang tepat (titrasi, destilasi atau gravimetri) untuk memberikan batasan (rentang) minimal tentang besarnya kandungan air di dalam bahan. 3. Kadar Abu Kadar abu Jinten hitam tidak lebih dari 8 %. Kadar abu yang tidak larut dalam asam tidak lebih dari 1,3 %. 4. Sisa Pelarut Kadar sari yang larut dalam air tidak kurang dari 22 %. Kadar sari yang larut dalam etanol tidak kurang dari 18 %. 5. Residu Pestisida Menentukan kandungan sisa pestisida yang mungkin saja pernah ditambahkan atau mengkontaminasi pada bahan simplisia pembuatan ekstrak. Bahan organik asing tidak lebih dari 2 %. 6. Cemaran Mikroba Menentukan (identifikasi) adanya mikroba yang patogen secara analisis mikrobiologis untuk Memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak boleh mengandung mikroba patogen dan tidak mengandung mikroba non patogen melebihi batas yang ditetapkan karena berpengaruh pada stabilitas ekstrak dan berbahaya (toksik) bagi kesehatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar